1.Pengertian Evaluasi
Evaluasi
klinik pada dasarnya adalah kegiatan evaluasi hasil pendidikan yang
dilaksanakan diklinik atau ditempat pengalaman belajar klinik mahasiswa.
Evaluasi adalah proses stimulasi untuk menentukan kebergasilan. Ebaluasi hasil
pendidikan adalah proses sistematis untuk mencapai tingkat pencapaian tujuan
pendidikan yang terdiri atas kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur adalah
kegiatan mengamati penampilan peserta didik berdasarkan indicator yang telah
ditetapkan dan menggunakan alat dan metode pengukuran tertentu. Menilai adalah
membandingkan hasil pengukuran penampilan peserta didik dengan criteria
kebergasilan yang ditetapkan
2. TUJUAN DAN KEPENTINGAN UJI
KLINIK
Uji
klinik bertujuan untuk membuktikan atau menilai manfaat klinik suatu obat,
pengobatan, atau strategi terapetik tertentu secara objektif dan benar.
Dengan kata lain, uji klinik dimaksudkan untuk menghindari pracondong/bias
pemakai obat (prescriber), pasien, atau dari perjalanan alami penyakit itu
sendiri. Di samping itu, uji klinik harus dapat memberikan jawaban yang benar (valid) mengenai
manfaat klinik intervensi terapi tertentu, jika memang bermanfaat harus
terbukti bermanfaat, dan jika tidak bermanfaat harus terbukti tidak bermanfaat.
Berdasarkan
pembuktian melalui uji klinik ini, maka suatu obat, pengobatan atau strategi
terapetik tertentu baru dapat diterapkan secara luas dalam praktek. Dalam
pengembangan obat-obat baru, maka prinsip penilaian obat atau calon obat
didasarkan pada metode uji klinik secara ketat. Prinsip-prinsip metodologi uji
klinik harus diterapkan pada fase III, yaitu fase definitif (lihat
A-05/03/CKD-2). Uji klinik fase I dan II dimaksudkan sebagai langkah persiapan
untuk uji klinik fase III ini.
3.Metode
Evaluasi
Metode
evaluasi klinik dapat dikelompokkan menjadi metode observasi, tertulis/laporan,
lisan (fice), dan objective structured clinical evaluation (OSCE)
1. Observasi
Metode
observasi adalah metode yang paling sering digunakan dalam evaluasi klinik,
mengingat kemampuan utama yang harus dimiliki melalui pengalaman belajar klinik
adalah kemampuan melaksanakan tindakan. Metode observasi merupakan metode yang
digunakan untuk mengevaluasi penampilan psikomotor, sikap perilaku, interaksi,
baik verbal maupun nonverbal. Penggunaan metode observasi banyak dipengaruhi
oleh latar belakang dan pengharpan pengamat. Dengan demikian, hal tersebut
dapat memengaruhi konsisitensi dan objektivitas evaluasi. Pada dasarnya
evaluasi menggunakan metode observasi memiliki kecenderungan terjadinya
subjektivitas. Untuk mengurangi kecenderungan subjektivitas dan “fair”metode
observasi perlu didukung dengan perangkat ebaluasi berupa hal-hal berikut ini :
a. Kejelasan
aspek yang diobservasi dan pembeerian nilai (scoring) . hal ini diupayakan
dengan membuat formulir penilaian berisikan aspek yang diebaluasi serara jelas.
b. Pemberian
umpan balik (feed back) dilakukan segera setelah obserbasi dilaksanakan
disertai proses diskusi. Hal ini dimaksudkan untuk validasi dan klasifikasi
terhadap kualitas penampilan yang dievaluasi. Alat evaluasi yang digunakan
berupa daftar cek keterampilan dan catatan anekdot.
2. Tertulis
Metode
tertulis digunakan untuk mengevaluasi kemampuan keognitif yaitu pada jenjang
aplikasi dan pemecahan masalah (problem salving) melalui proses analisis
sintesis dan metode ini dilaksanakan dengan cara member penugasan pada peserta
didik untuk menuliskan hasil pengamatan atau hasil rangkaian kegiatan dalam
melakukan tindakan atau asuhan keperawatan berupa laporan tertulis. Tulisan
mahasiswa yang dijadikan bahan evaluasi dapat berupa hal-hal berikut ini :
a. Rencana
keperawatan
b. Laporan
studi kasus
c. Laporan
proses keperawatan
d. Rencana
pendidikan kesehatan
e. Catatan
studio bat /cairan
Melalui
metode tertulis ini selain dapat dievaluasi perlu ditetapkan dengan jelas.
Dengan demikian, dapat dijamin objektivitas metode evaluasi dan “fair” bagi
para mahasiswa.
3. Lisan
Metode
ebaluasi secara lisan atau oral (viva vace) dimaksudkan untuk terjadinya Tanya
jawab dan dialog tergadap pertanyaan yang diajukan leh penguji. Seperti halnya
pada metode observasi, pada metode lisan ini akan terjadi interaksi langsung
anatara penguji dan magasiswa yang dapat memengaruhi konsistensi dan
objektivitas evaluasi. Dengan dimikian metode lisan perlu didukung dengan
perangkat evaluasi untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan nilai secara
spesifik metode ini digunakan pada saat-saat sebagai berikut :
a. Saat
pembimbing melakukan validasi tergadap data yang dikumpulkan dalam penyusunan
rencana asuhan keperawatan.
b. Menilai
alas an (justifikasi) yang digunakan mahasiswa untuk melakukan tidakan
c. Menilai
kemampuan magasiswa terhadap perkembangan kasus
Objective
Structure Clinical Evaluation
Objective
Structure Clinical Evaluation (OSCE) adalah metode evaluasi untuk menilai
penampilan/kemampuan klinik secara terstruktur dan bersifat objektif melalui
OSCE dapat secara versamaan dievaluasi kemampuan pengetahuan, psilomotor, dan
sikap. Secara spesifik aspek yang dapat dievaluasi serta tahapan persiapan dan
pelaksanaan OSCE, serta contoh OSCE pada gangguan system pernapasan akan
diutaikan berikut ini. Aspek yang dapat devaluasi dengan OSCE adalah sebagai
berikut :
a. Pengakjian
riwayat hidup
b. Pemeriksaan
fisik
c. Laboratorium
d. Identifikasi
e. Masalah
f. Merumuskan/menyimpulkan
data
g. Interprestasi
pemeriksaan
h. Menetapkan
pengelolaan klinik
i. Mendemonstrasikan
prosedur
j. Kemajuan
berkomunikasi
k. Pemberian
pendidikan keperawatan
4. Aspek yang
Dievaluasi
Proses
pemberian nilai (scoring) sangat penting dalam evaluasi. Pemberian nilai
dilakukan secara bertahap sepanjang kegiatan berlangsung, sesuai ketentuan yang
ditetapkan dalam program evaluasi klinik pada mata pelajaran tertentu. Setiap
aspek diberi nilai sesuai teknik dan menggunakaan instrument evaluasi serta
berpatokan pada nilai/angka yang telah ditentukan.patokan nilai dapat berupa
nilai maksimal, pemberian nilai perlu pula memerhatikan pembobotan. Bobt yang
diberi pada setiap jenis penampilan klinik yang dievaluasi harus dijadikan
dasar pada saat merekapitulasi nilai, dengan demikian, perlu dibuatkan suatu
formulir yang berisi seluruh jenis.
Pada
dasarnya, kegiatan evaluasi klinik haus didukung dengan sarana pencatatan yang
baik. Sehingga memungkinkan bagi ilmu pengajar untuk mendapatkan data mengenai
penampilan mahasiswa, menganalisisnya,dan menetapkan nilai atau tingkat
kebergasilan mahasiswa serta membuat keputusan.
5. Kriteria
kelulusan
Tahap
terakhir dari rangkaian evaluasi adalah membuat keputusan, apakah mahasiswa
dapat dikatakan berhasil atau tidak dan sejauh mana tingkat keberhasilannya.
Untuk itu perlu ditetapkan ketentuan atau batas kelulusan. Seperti kita
ketahui, pengalaman belajar klinik merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran
mata ajaran keperawatan yang terdiri ataskomponen teori dan praktik secara
professional kedua aspek ini harus dipenuhi atau dimiliki oleh peserta didik
atau dengan kata lain, mahasiswa harus lulus pada kedua aspek tersebut dalam
kebijakan penetapan keputusan dan pemberian predikat tingkat keberhasilan perlu
pula diterapkan bobot pertimbangan antara teri dalam praktik. Pemberian
penilain pada program profesi meliputi kompetensi dan tidak kompeten.
v
0 komentar:
Posting Komentar